Petty Juniarty, S.Psi, M.Psi, Psikolog Klinis

RSUD Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2021

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Cut Putri Arianie mengatakan stroke menjadi penyebab kematian Nomor satu di Dunia tiap tahunnya. Data menunujukkan 1 dari 4 orang mengalami stroke.

Data Riskesdas Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ) tahun 2013, jumlah penderita penyakit stroke di indonesia berdasarkan diagnosis Tenaga Kesehatan sebanyak 1.236.825 Orang. sedangkan melalui diagnosis gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 Orang berdasarkan Diagnosis Tenaga Kesehatan dan gejala di Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah penderita terbanyak sedangkan  Provinsi Papua Barat memiliki jumlah penderita paling sedikit. Data penelitian riskesdas studi kohort prevalensi stroke dari 7 % menjadi 10,9% di indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis Dokter penduduk umur > 15 tahun.

Dilaporkan bahwa pada tahun 2013 tercatat 25,7 juta penderita stroke 6,5 juta kematian akibat stroke dan 10,3 juta kasus stroke baru secara global. Stroke menjadi masalah yang serius pada negara berkembang di Benua Asia yang merupakan 60 % populasi dunia. Angka kematian akibat stroke di Asia lebih tinggi dibandingkan dengan negara di Eropa, amerika serikat, australia. ( Jurnal ilmiah maksitek ISSN. 2655-4399 vol. 6 No. 1 Maret 2021. Andre ptamudia krisna, isra thristy, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak. Definisi menurut WHO, Stroke adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular ( P2PTM Kemenkes RI ). Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah. Akibatnya sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang membawa oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian sel/ jaringan.

 Stroke merupakan penyakit dengan berbagai faktor resiko diantaranya adalah faktor yang dapat diubah, seperti hipertensi, hiperlipidemia, hiperuresimia, penyakit jantung, diabetes, melitus, obesitas, merokok. Konsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi obat-obatan dan alat kontrasepsi berbasis hormon dan yang sering tanpa disadari yaitu stres/ faktor psikologis.

 Stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di banyak negara. Selain menyebabkan kecatatan dan kematian dampak lain yang sering terlihat dan jarang menjadi asuhan adalah dampak psikologis seperti stres berkepanjangan sampai dengan depresi. Walapun bukan faktor pencetus dan dampak tunggal kejadian stroke, namun faktor psikologis dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap keparahan ataupun pemulihan.

Reaksi psikologis umumnya terjadi sebelum stroke karena kehidupan yang tingkat stres sangat tinggi berakibat perubahan hormon dan fisiologis yang terganggu, apalagi sampai ke tahap depresi, malas bergerak, emosi negatif, memacu kerja organ fisiologis dan sistem saraf, sampai pada penyumbatan.

Stroke bukanlah sekedar terjadinya kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran, akan tetapi stroke sekaligus serangan terhadap kesehatan psikologis seperti harga diri, ketekunan dan kesabaran, daya tahan dalam menghadapi stressor, penyesuaian diri, dsb.

Stroke memang tidak selalu membuat mental penderita merosot. Meskipun demikian pada umumnya hampir semua orang yang terkena stroke akan mengalami perubahan mental dan dampak psikologis yang luar biasa. Kita dapat membayangkan bagaimana seseorang yang terkena stroke tiba-tiba mengalami “kelumpuhan” fungsi organ-organ tubuhnya yang sangat penting. Penderita stroke tiba-tiba mengalami kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri, mengalami gangguan daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, fungsi intelektual, penampilan menjadi sangat menurun dan mengalami kehilangan banyak hal yang biasanya bisa dilakukan sendiri. Semua hal tersebut pasti sangat mempengaruhi penderita stroke. Marah, sedih, menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berdaya, sering kali menurunkan semangat hidup penderita stroke sehingga muncul dampak emosional yang lebih berbahaya. Pada umumnya pasien stroke tidak mampu mandiri lagi, sebagian besar mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Penderita mudah takut, gelisah, marah, dan sedih atas kekurangan fisik dan mental yang mereka alami. Keadaan tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh pasien stroke karena merasa khawatir berlebihan tentang kemungkinan hal buruk yang akan terjadi. Penderitaan yang sangat umum pada pasien stroke adalah depresi. Tanda depresi klinis antar lain sulit tidur, kehilangan nafsu makan atau ingin makan terus, lesu, menarik diri dari pergaulan, mudah tersinggung, cepat letih, membenci diri sendiri dan berpikir untuk bunih diri.

Penderita stroke pada dasarnya “mendadak invalid” yaitu mendadak/tiba-tiba “kehilangan” banyak hal yang sangat penting dan dibanggakan. Hal ini akan menyebabkan seseorang teraduk-aduk emosinya, perasaan dan pikirannya. Ada kecenderungan yang sangat kuat bahwa hampir semua penderita stroke tidak bisa menerima “kenyataan”. Salah satunya yang hampir selalu muncul dalam pikiran dan perasaan penderita stroke adalah pertanyaan “mengapa harus saya yang mengalami?” hingga “mengapa Tuhan melakukan hal ini pada saya?” Pasien pasca stroke / penderita stroke biasanya menjadi rendah diri, menjadi mudah sedih, mudah marah, stres dan depresi maupun kehilangan minat terhadap segala sesuatu, oleh karena itu mereka sangat membutuhkan orang lain yang dengan ikhlas memberikan empati, memotivasi, kasih sayang dan perhatian. Spiritualitas menjadi sangat penting agar penderita stroke mampu menerima kenyataan, mampu mengambil hikmah, dapat mengisi setiap kesempatan dengan sesuatu yang bermakna, bersabar dan bertawakal, berpikir positif serta semakin mencintai Allah SWT.

Penelitian Widarti dkk, 2012 pasien yang mengalami kecemasan, stres dan depresi menunjukkan penurunan kadar kortisol yang artinya pasien yang tabah dan sabar dalam menghadapi sakit yang dialami akan membuat ketenangan dan ketentraman hati karena harapan yang berlebihan, tidak sabar dan tidak dapat mengambil hikmah dari sakitnya dan dapat memperparah kondisi fisik. Selanjutnya disarankan penanganan rehabilitasi stroke dapat memberikan pelayanan aspek kesehatan mental profesional dapat dilakukan oleh Psikolog Klinis untuk mendukung dalam proses penyembukan dan pencegahan.

Selamat Hari STROKE Sedunia,, WORLD STROKE DAY. 29 Oktober 2021.

Sumber :

Hasil Riskesdas diunduh https://www.litbang.kemkes.go.id

Jurnal Ners Vol 7 No. 1 April 2012, Widarti,dkk diunduh https://e-journal.unair.ac.id

Jurnal Ilmiah Maksitek ISSN. 2655-4399 vol. 6 No. 1 Maret 2021. Andre Pramudia Krisna, Isra Thristy,UniversitasMuhammadiyahSumateraUtaradiunduhhttps://makarioz.sciencemakarioz.org

Categoryberita

© 2020 - copyright @ RSUD BUMIAYU BREBES

Develov by Team IT        RSUD BUMIAYU